Rabu, 07 Mei 2008

Siapa yang kau takutkan

Ketika gerak terkekang

Kehendak terbatas

Ingin beribu menjadi Satu

‘Mau’ diarahkan oleh cambuk

Tubuh digiring oleh anjing

Maka itulah perbudakkan

Ketika gerak terpasung

Kehendak tersembunyi

Ingin beribu menjadi satu

‘Mau’ diarahkan kekuasaan

Tubuh digiring oleh kekuasaan

Maka itulah penjajahan

Ketika gerak terpaku

Kehendak bermata dua

Ingin satu menjadi seribu

‘Mau’ diarahkan oleh dolar

Tubuh digiring oleh tulang emas

Maka itu ‘anjing’ sang penjajah

Lantas …………..

Manakah yang kau takuti

Tuan si pembudak

Atau penguasa penjajah

Atau….

Atau ….

Anjingnya sang penguasa penjajah


written by Thariqunnur Nurkarim

Tolitoli, dalam kecemasan di meja tua

HARAPAN TERPUISI

9 kemiri

1 botol minyak

1 toples kosong

1 kelambu


Aura …….


9 kemiri dipecah

1 botol minyak dituang

1 toples kosong ditelungkup

1 kelambu dibentang


Aura je…….,

Suara ibu terdengar dari kelambu

Sedang memainkan kata

Ditambah lantunan lagu

Mulai dari pelangi judulnya

Hingga balon yang meletus


9 kemiri dipecah sudah

1 botol minyak dituang sudah

1 toples kosong ditelungkup sudah

1 kelambu dibentang sudah

Di ……….. sudah

Di ……….sudah


Namun hatiku masih miris

Mengingat kejadian siang hari

Yang tak lagupun ternyanyikan

Yang tak tawapun tersemaikan

Yang tak senyumpun tertampakkan


Saat ini

Walau 90 kemiri dipecah sudah

Walau 10 botol minyak dituang sudah

Walau 10 toples kosong ditelungkup sudah

Walau 10 kelambu dibentang sudah

Walau 10 di …………….sudah

Walau 10 di …………….sudah


Hatiku masih miris


Kuharap kemiri dan minyak,

Bagian dari bumbu keripik bayam

Yang akan ditaruh dalam toples

Membuat Allah mengijinkan

Tuk besok ku terlagu

Tuk besok ku tersenyum

Tuk besok ku tertawa

Bersama anak-anakku

Dalam kedamaian dan cinta


Ku harap terbentangnya kelambu

Untuk bisa beristirahat malam

Membuat Allah mengijinkan

Tuk besok ku terlagu

Tuk besok ku tersenyum

Tuk besok ku tertawa

Bersama anak-anakku

Dalam kedamaian dan cinta


Thariqunnur Nurkarim

Tolitoli, malam hari di sebuat rumah sempit nan luas

Ambisi, Semangat dan Cinta

Dingin beku malam

Menusuk

Membungkus

Merangkul

Membuatku kaku


Namun semua mencair

Dikala semangat mengalir

Tuk ekspresikan cinta

Merebut Cita

Menggapai asa

Dan Membongkar penjajah


Walau beribu goda datang bertubi

Di awal, di tengah dan di akhir

Ku tak peduli

Penting ambisiku

Inginku teridhoi


Tolitoli, malam hari di persimpangan jalan